Gempa bumi yang mengguncang Turki selatan dan Suriah utara adalah gempa bumi yang dahsyat.
Lebih dari 21.000 orang tewas dan pelabuhan utama Osmaniye, Malayta, dan Hatay di Turkiye dihancurkan.
Itu adalah kota yang memiliki banyak istana bertingkat tinggi dan benar-benar runtuh hanya dalam beberapa menit.
Juga di Suriah, gempa bumi berulang kali mencapai Aleppo atau Halab, kota yang hancur beberapa tahun lalu akibat perang saudara.
Jadi gempa juga mempengaruhi pemukiman orang-orang yang melarikan diri.
Tidak banyak laporan dari wilayah Suriah ini. Media tentu saja fokus pada Turkiye.
Beberapa daerah yang terkena gempa ini berada di bawah kendali kerajaan antagonis Damaskus.
Tidak mungkin membayangkan bagaimana upaya bantuan akan sampai di sana.
Gempa ini memberikan pukulan hebat bagi kedua negara.
Turkiye menghadapi masalah ekonomi sekaligus perang dengan kelompok Kurdi yang juga berada di perbatasan timur Suriah-Turkiye.
Suriah juga masih belum pulih dari perang saudara yang menghancurkan dengan sebagian wilayahnya masih dikuasai oleh lawan-lawannya.
Dalam situasi ini, kritik pasti akan dilontarkan ke kekaisaran di Ankara dan Damaskus.
Pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan disebut lambat bertindak dan tidak siap menghadapi bencana ini.
Meski diakuinya ada kelemahan, skala gempa ini terlalu besar untuk ditangani pemerintah.
Sementara itu, pemerintah Damaskus dikritik karena memblokir dan menunda kedatangan bantuan vital ke daerah gempa.
Bahkan dalam situasi ini, pemerintah Bashar Al-Assad khawatir bantuan tersebut merupakan bentuk dinas militer yang dapat menjangkau lawan-lawannya.
Gempa ini merupakan yang paling dahsyat di Turkiye sejak tahun 1930. Tapi Turkiye tidak asing dengan gempa bumi.
Padahal, Istanbul disebut-sebut berada di kawasan rawan gempa.
Tetapi seluruh wilayah merupakan bagian dari serangkaian gempa bumi. Dari Suriah dan Turkiye ke Iran, Afghanistan, Pakistan hingga Nepal.
Di dunia, daerah rawan gempa ada di mana-mana.
Di Asia, lingkaran gempa ini meliputi Indonesia, Filipina, dan Jepang, juga berlanjut ke Amerika.
Los Angeles berada di zona gempa dan dalam hal kerangka waktu, mungkin bisa digunakan kembali.
Daerah gempa ini berlanjut ke Amerika Selatan termasuk Peru dan Chile. Belum lagi gempa bumi yang bisa terjadi di bawah laut dan kemudian mengakibatkan tsunami.
Ilmu gempa telah maju dalam 100 tahun terakhir.
Seismolog di negara-negara yang diperbolehkan menangani gempa seperti Jepang dan Indonesia sudah memiliki gambaran mengapa dan bagaimana gempa bisa memicu.
Yang masih belum bisa dilakukan adalah memprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi.
Para seismolog dan ahli geofisika sudah memahami bahwa bumi tersusun atas lempeng-lempeng tektonik atau lempeng-lempeng yang pecah dan bergerak.
Jika lempeng-lempeng itu bertabrakan, maka akan terjadi gempa. Ada tujuh lempeng utama dunia. Gempa di Suriah-Turki merupakan hasil tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng Arab.
Dilaporkan bahwa tiga hari sebelum gempa, seorang seismolog telah memperkirakannya dan memberi tahu pihak berwenang.
Tapi siapa yang bisa mempercayai ramalan ini? Apalagi ilmu gempa itu seperti cuaca, tidak bisa diprediksi secara akurat dan lebih parah lagi, tidak bisa dilihat.
Lagi pula, jika pihak berwenang menanggapi peringatan ilmuwan dengan serius, apa yang boleh mereka lakukan dalam tiga hari?
Memindahkan ribuan orang dalam waktu sesingkat itu akan menimbulkan kekacauan.
Manusia telah hidup ribuan tahun dengan gempa bumi. Ini adalah salah satu bencana besar yang dihadapi manusia seperti letusan gunung berapi, banjir dan angin topan.
Di padang pasir Timur Tengah banyak terdapat kota-kota tua yang hancur dan terbengkalai akibat gempa bumi.
Tapi zaman modern tidak seperti zaman dulu. Saat ini, semua tempat berada di negara yang wajib bertanggung jawab atas semua wilayahnya.
Suatu negara juga memiliki hubungan persahabatan dengan negara-negara lain di seluruh dunia dalam suatu sistem yang dikenal dengan masyarakat atau komunitas internasional dengan menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Jadi ketika gempa bumi terjadi di Turkiye dan Suriah, masyarakat internasional datang membantu, tidak hanya tentara resmi kerajaan tetapi juga organisasi amal.
Jepang, Rusia, China, Yunani, Israel, dan Malaysia juga mengirimkan tim penyelamat.
Hal yang sama berlaku untuk makanan dan barang. Bank Dunia juga meminjamkan dana.
Tentu tantangan dari upaya penyelamatan ini adalah koordinasi dan komunikasi satu sama lain.
Ada banyak hal yang masyarakat internasional dapat bantu Turkiye dan Suriah.
Namun masyarakat internasional atau dunia sendiri saat ini sedang mengalami perbedaan diantara mereka.
Misalnya negara-negara Eropa dan Rusia mungkin memberi lebih banyak bantuan ke Turkiye dan Suriah tetapi mereka sekarang disibukkan dengan perang di Ukraina.
Banyak sumber daya Eropa dituangkan ke Ukraina sehingga dapat mempertahankan diri melawan Rusia. Hal yang sama berlaku untuk Rusia, yang mencurahkan banyak sumber daya, termasuk nyawa rakyatnya, untuk menaklukkan Ukraina.
Bencana besar seperti di Turki dan Suriah yang melibatkan ribuan nyawa yang tidak dapat dicegah oleh siapa pun.
Yang boleh mereka lakukan hanyalah berusaha menyelamatkan mereka yang masih hidup namun terjebak.
Itu adalah pekerjaan yang sulit. Tapi bandingkan bencana dengan perang. Perang juga membunuh ribuan orang.
Ini sudah terjadi di Suriah. Perang tidak seperti bencana, itu adalah kemarahan manusia.
Hal itu bisa dicegah jika semua pihak yang terlibat memiliki tekad untuk berdamai dan mencegah pertumpahan darah.
Meski perang juga sulit diprediksi, kajiannya lebih jelas karena melibatkan manusia.
Tetapi studi tentang gempa bumi dan perang juga melibatkan geografi dan geologi.
Jika seismologi juga merujuk pada geofisika dalam mempelajari gempa bumi, maka ilmu politik dan studi hubungan internasional membutuhkan pemahaman geopolitik untuk memprediksi perang.
Gempa bumi terjadi karena adanya tegangan antar lempeng bumi akibat tekanan yang diberikan padanya.
Tekanan juga ada karena lempeng-lempeng ini bergerak. Mereka bergerak karena tidak stabil dan berada di atas cairan di dalam bumi, yang semuanya dihasilkan selama pembentukan bumi jutaan tahun yang lalu.
Perang juga berasal dari ketegangan emosional antara dua kelompok orang.
Perasaan manusia juga terbentuk dari kehendak kolektif dan ketidaksepakatan dapat terjadi yang mengarah ke konflik.
Kehendak kolektif ini juga merupakan hasil dari sejarah yang terkait dengan masa lalu.
Selama manusia hidup di bumi, pasti selalu menghadapi ancaman bencana.
Namun banyak sumber daya yang bisa diselamatkan jika manusia tidak berperang dan mereka bisa bekerja sama untuk saling membantu menghadapi bencana.